Rabu, 06 Juni 2018

Jangan uraikan lagi ramadhan yang telah engkau rajut

http://juanshaparfume.blogspot.com

JANGAN URAIKAN LAGI RAMADHAN YANG TELAH ENGKAU RAJUT

Sudah sampai mana tadarus saudara semua? Apakah telah bertemu Surat An-Nahl? Ternyata, dalam ayat 92 dari surat tersebut ada sebuah cerita tentang seorang perempuan di Mekkah yang pekerjaannya memintal benang.

Perempuan ini sedikit mengalami gangguan kejiwaan di masa lalu, sehingga perilakunya tidak masuk akal. Hasil rajutan yang ia pintal sepanjang siang akan dirombaknya kembali ketika malam. Begitulah setiap hari. Aneh.

Padahal pekerjaan seorang perajin tenun itu bukan hal mudah. Sungguh butuh kesabaran sehingga ia mencapai hasil sejauh itu. Tinggal sedikit lagi ia menikmati rajutannya, tetapi justru ia menguraikan lagi. Benar-benar aneh.

وَلاَ تَكُونُواْ كَالَّتِي نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِن بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَاثًا

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali.”

Ayat ini turun berhubungan dengan iklim politik saat itu. Bahwa sekelompok orang pekerjaannya membela kaum yang kuat, bukan yang benar. Sehingga ketika muncul kaum yang lebih kuat lagi, kelompok ini meninggalkan dukungan sebelumnya dan berganti haluan. Kutu loncat politik!

Maka Allah menurunkan ayat ini agar kaum muslimin jangan meniru perbuatan mereka. Seorang muslim sejati hanya membela yang benar, bukan membela yang berkuasa. Begitulah asbabun nuzul ayat tersebut.

Tetapi secara umum, ayat ini juga menggambarkan perbuatan orang yang sia-sia. Ayat ini teguran bagi orang yang sudah bersusah payah mencapai sesuatu, tetapi kemudian dirombaknya kembali pencapaian itu. Aneh.

Misalnya perjuangan di bulan Ramadhan. Sungguh butuh kesabaran kita menghidupkan sepuluh hari pertama dan kedua sampai sejauh ini. Tinggal saatnya kita menikmati hasil tetapi kita justru meninggalkannya.

Bukankah sepuluh hari ketiga dari Ramadhan adalah puncak dari anugerah Allah? Kenapa tidak dinikmati? Benar-benar aneh.

Maka tidak salah kiranya, orang yang mengawali Ramadhan dengan penuh kesungguhan kemudian mengakhirinya dengan penuh kemalasan, laksana perempuan yang memintal benang kemudian diceraiberaikan kembali.

Semoga Allah senantiasa menjaga semangat kita sehingga dapat menutup Ramadhan ini dengan akhir yang paling indah. Amiin.

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

SUMUR TUA

http://juanshaparfume.blogspot.com

SUMUR TUA

Belajar memang di mana saja, dari siapa saja. Seperti hari ini, selesai mengisi ceramah buka puasa rekan-rekan BPJS Pusat, saya lanjut ramah tamah dengan Ibu Direktur dan jajaran Deputi.

Kemudian Pak Deputi memberi perumpamaan yang bagus sekali, "Harta yang ada di tangan kita bagaikan sumur! Betul begitu Ustadz?"

Wah, saya sendiri baru mendengar analogi demikian. Apa maksudnya? Saya jadi penasaran menunggu penjelasan beliau lebih lanjut.

"Sumur itu kalau didiamkan saja lama-lama airnya menjadi tidak sedap dan berbau. Itulah dia yang disebut sumur tua."

Benar sih, sumur tua itu memang airnya tidak enak, berbeda dengan air sumur pada umumnya. Lalu apa hubungannya dengan harta?

"Sumur itu agar tetap segar harus selalu diambil airnya dan dimanfaatkan untuk orang lain. Semakin banyak air yang dikeluarkan, maka air sumur akan bertambah lagi dari kedalaman tanah dengan semakin jernih."

Benar juga. Memang dimana-mana pemilik sumur justru senang kalau airnya banyak diambil karena akan semakin murni air berikutnya yang muncul dari dalam. Tidak ada ceritanya pemilik sumur takut kehabisan air.

"Begitu pula dengan harta di tangan kita, agar tetap berkah harus selalu dibagi dan disedekahkan untuk orang lain. Semakin banyak harta yang dikeluarkan, maka Allah akan mengganti dengan semakin jernih lagi."

Subhanallah. Nasihat yang luar biasa. Sayang sekali kalau saya tidak menuliskan dan membagikannya kepada saudara semua. Memang harta bagaikan sumur, jangan biarkan ia menjadi sumur tua di tangan kita.

Semoga dengan kemuliaan Ramadhan tahun ini kita semua menjadi manusia baru yang ringan berderma. Amiin.

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

http://juanshaparfume.blogspot.com

Sabtu, 02 Juni 2018

RAMADHAN UNTUK SIAPA

http://juanshaparfume.blogspot.com

RAMADHAN UNTUK SIAPA?

Seorang murid mendatangi gurunya untuk bertanya tentang suatu persoalan yang selama ini mengganjal di hatinya,

"Wahai guruku, apakah Rasulullah membutuhkan Ramadhan?"

Sang guru terdiam. Angin yang sejak tadi berhembus mendadak terhenti. Dipandangnya murid tersebut dalam-dalam,

"Sungguh indah sekali pertanyaanmu anakku! Seandainya engkau tidak menanyakan, aku pun tidak terpikir tentang hal ini!"

Sang guru tertunduk, ia menyembunyikan butiran bening di kedua mata tuanya. Pertanyaan tersebut rupanya menghanyutkan hatinya,

"Ketahuilah anakku, Rasulullah sama sekali tidak membutuhkan Ramadhan, sebab Baginda adalah mahluk termulia yang sudah dijamin surga oleh Allah."

"Lalu mengapa engkau menangis wahai guru?"

"Karena aku sendiri lantas terpikir, kalau begitu Ramadhan ini untuk siapa? Kalau bukan untuk kita?"

Begitulah sepenggal kisah penuh makna antara guru dengan muridnya. Pelajaran yang bisa kita petik dari cuplikan tersebut benar-benar berharga.

Rasulullah memang tidak membutuhkan Ramadhan. Semenjak Nabi Adam tinggal si surga, ia melihat nama Sang Rasul tertulis di tiang-tiang surga.

Rasulullah memang tidak perlu lagi dilipatgandakan pahalanya. Allah telah menjamin dalam Surat Al-Israa ayat 79,

عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

"Kelak Rabb-mu akan mengangkatmu (wahai Rasulullah) pada kedudukan yang terpuji (di akhirat)."

Rasulullah telah diperjalankan oleh Allah ketika Isra Miraj, telah diperlihatkan langsung alam raya yang luas ciptaan Allah ini, begitu pula alam malaikat, bahkan menyaksikan surga dan neraka.

Semua ini membuktikan tingginya kedudukan Rasulullah di sisi Allah, lalu apa perlunya Rasulullah dengan Ramadhan?

Maka tepat sekali kalimat penutup dari sang guru tersebut, bahwa Ramadhan ini hakikatnya diturunkan oleh Allah untuk kita! Ramadhan adalah bentuk kasih sayang Allah kepada Rasul dan umatnya. Aduhai betapa beruntung kita ini menjadi umat Rasulullah!

Sungguh merugi orang-orang yang memang Ramadhan disiapkan khusus untuknya, tetapi mereka menyia-nyiakannya.

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

http://juanshaparfume.blogspot.com

Jumat, 01 Juni 2018

JAUHI PHUBBING

http://juanshaparfume.blogspot.com

RESOLUSI RAMADHAN TAHUN INI: JAUHI PHUBBING

Enam tahun silam, tepatnya pada bulan Mei 2012 para ahli bahasa, sosiolog, dan budayawan berkumpul di Sidney University. Hasil pertemuan tersebut melahirkan satu kata baru dalam tata bahasa Inggris.

Kata tersebut adalah phubbing. Yaitu sebuah tindakan seseorang yang sibuk sendiri dengan gadget di tangannya, sehingga ia tidak perhatian lagi kepada orang yang berada di dekatnya.

Karena sudah menjadi fenomena yang sangat umum, dunia sampai memerlukan sebuah kata khusus untuk penyebutannya. Kini kata phubbing secara resmi sudah dimasukkan dalam kamus bahasa Inggris di berbagai negara.

Sejauh penelusuran saya, bahasa Indonesia belum memiliki kata serapan dari phubbing ini. Padahal kita sendiri sering berbuat phubbing. Misalnya saat berbicara dengan petugas teller di bank, tangan kita sambil memainkan gadget.

Ketika menemani anak-anak mengerjakan tugas sekolah, setiap satu menit sekali kita melirik layar handphone kalau-kalau ada notifikasi yang masuk.

Pada momen makan berdua di restoran dengan istri, hape diletakkan sedekat mungkin di sisi kita dan mampu menyelak obrolan apapun ketika ada suara pesan dari medsos. Ya Rabb. Kita sudah menjadi phubber sejati.

Padahal Rasulullah sangat memperhatikan adab saat berbicara dengan orang lain. Dalam kitab Syamail Muhammadiyah, disebutkan Baginda Nabi selalu perhatian kepada lawan bicaranya. Bila ia tertawa maka Nabi ikut tertawa. Jika ia takjub terhadap apa yang sedang dibicarakan maka Nabi juga ikut takjub.

ولا يقطع على احد حديثه

"Dan Rasulullah tidak pernah memotong pembicaraan orang lain."

(Hadist Riwayat Tirmidzi)

Bahkan saya pernah duduk di suatu masjid untuk shalat Jumat, dan pemuda di samping saya bermain medsos sepanjang khutbah! Ini namanya bukan lagi phubbing kepada orang lain, tetapi kepada Allah!

Karena sejatinya sejak langkah pertama kita masuk ke baitullah (masjid) maka kita sudah berhadapan kepada Allah. Sungguh mengherankan kalau ada orang niat mau shalat Jumat ke masjid kok bawa hape.

Saudaraku, mari kita benahi diri sendiri. Tidak berarti kita berhenti gunakan hape, tapi setidaknya kurangi phubbing sebisa mungkin. Hargai orang-orang di sekitar kita. Dan lebih penting lagi, kita teladani Rasulullah sebagai panutan kita.

Jangan sampai handphone yang kita beli dengan keringat hasil usaha sendiri ini, justru memisahkan kita dengan orang-orang yang kita sayangi. Bahkan memisahkan kita dengan Rasulullah.

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

http://juanshaparfume.blogspot.com

MAHLIGAI RAMADHAN

http://juanshaparfume.blogspot.com

MAHLIGAI RAMADHAN

Apakah saudara suka membaca artikel-artikel tentang pernikahan? Saya sendiri jarang sebenarnya. Cuma kebetulan saja ini ketemu sebuah tulisan berjudul The Seven Stages of Marriages di Reader's Digest.

Jadi, menurut sang penulis yang sudah melakukan banyak riset dalam urusan rumah tangga, rupanya umumnya pasangan menikmati indahnya pernikahan sampai tahun kedua. Fase ini disebut honeymoon stage.

Menginjak tahun kedua, mulai muncul kekecewaan dan konflik. Jika masing-masing pasangan tidak sanggup bertahan, dan tidak mau menerima kekurangan masing-masing maka tahun ketiga akan semakin terjal dan menuju keretakan.Oleh karena itu perpisahan biasanya terjadi pada tahun ketiga karena membiarkan konflik tersebut terus terjadi.

Saudara setuju dengan artikel tersebut? Semua kembali kepada kita lagi. Mungkin ada saja sedikit perbedaan karena riset tidak dilakukan di Indonesia. Tetapi justru kita akan menemukan persamaannya dalam perjalanan Ramadhan.

Lihat saja, umumnya kita menikmati indahnya Ramadhan pada sepuluh hari pertama. Fase ini bagaikan honeymoon stage. Puasa semangat, tarawih penuh gairah, dan tilawah pun melesat jauh.

Menginjak sepuluh hari kedua, mulai muncul kejenuhan dan konflik. Yang umum itu konfliknya dengan malas, dengan acara-acara bukber, dengan shopping, dan dengan persiapan hari raya.

Jika kita tidak sanggup bertahan, dan melakukan pembiaran maka akan semakin terjal dan menuju keretakan. Oleh karena itu masuk ke fase ketiga biasanya banyak yang sudah berpisah dengan Ramadhan. Padahal bulan mulia ini masih tersisa sepuluh hari lagi.

Sekali lagi, semua diawali karena pembiaran dengan konflik kita di sepuluh hari kedua. Seperti sekarang. Sedikit demi sedikit melupakan tadarus. Pelan-pelan meninggalkan tarawih. Jangan dibiarkan!

Fase kritis ini harus kita hadapi dengan akal yang jernih. Pikirkan kembali betapa rindunya kita dengan surga yang Allah siapkan. Renungkan kembali tentang impian yang belum tercapai, dan masalah-masalah kita yang sedang diajukan ke hadapan Allah untuk secepatnya diuraikan.

Kita akan menemukan bahwa Ramadhan adalah jawaban dari semua hal ini. Maka perlahan kalahkan segala kejenuhan. Hindari kesibukan yang tidak lebih penting dari semua hal tersebut.

Karena mempertahankan mahligai Ramadhan sama pentingnya seperti kita mempertahankan mahligai rumah tangga.

Salam Hijrah.
⏰ Waktunya bangun dan berubah dari tidur panjang kita!

http://juanshaparfume.blogspot.com